Fluktuasi Harga Cryptocurrency

by -115 Views
Fluktuasi Harga Cryptocurrency

Analisis Dampak Kesepakatan Tarif Amerika dan Tiongkok Terhadap Fluktuasi Harga Cryptocurrency

Perjanjian dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang diumumkan pada 12 Mei 2025 menjadi titik balik signifikan dalam dinamika ekonomi global. Kedua negara sepakat menurunkan tarif impor selama 90 hari, meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung sejak era pemerintahan sebelumnya. Kesepakatan ini tidak hanya memengaruhi pasar tradisional seperti saham dan komoditas, tetapi juga menciptakan gelombang reaksi di pasar cryptocurrency. Artikel ini akan menganalisis dampak kesepakatan tersebut terhadap fluktuasi harga aset kripto, terutama Bitcoin (BTC), dengan mempertimbangkan faktor geopolitik, sentimen investor, dan indikator teknis.

Latar Belakang: Eskalasi dan Deeskalasi Perang Dagang

Perang dagang AS-Tiongkok telah menjadi sumber ketidakpastian ekonomi global sejak 2018. Pada April 2025, AS menaikkan tarif impor barang Tiongkok menjadi 145%, yang dibalas dengan kenaikan tarif 125% oleh Tiongkok. Kebijakan ini memicu kekhawatiran resesi global dan volatilitas di pasar saham serta komoditas 59. Namun, pertemuan di Jenewa pada 11-12 Mei 2025 menghasilkan kesepakatan sementara:

  • AS menurunkan tarif impor Tiongkok dari 145% menjadi 30%.
  • Tiongkok mengurangi tarif impor AS dari 125% menjadi 10% 112.
    Langkah ini diharapkan meningkatkan stabilitas perdagangan global, meski bersifat sementara.

Dampak Langsung pada Pasar Cryptocurrency

  1. Bitcoin: Antara Safe Haven dan Aset Risiko

Bitcoin menunjukkan respons unik pasca-pengumuman kesepakatan. Pada 12 Mei, BTC melonjak ke level intraday US105.525,tetapikemudianterkoreksikekisaranUS105.525,tetapikemudianterkoreksikekisaranUS102.389 114. Fenomena ini mencerminkan dualitas persepsi investor:

  • Sebagai Safe Haven: Di tengah ketegangan sebelumnya, Bitcoin dianggap sebagai lindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian. Namun, ketika risiko geopolitik mereda, permintaan terhadap safe haven seperti emas turun 3%, sementara BTC tetap stabil 14.
  • Sebagai Aset Risiko: Lonjakan harga BTC juga dipicu kembalinya sentimen “risk-on”, di mana investor beralih ke aset berisiko tinggi seperti saham teknologi dan kripto. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 3,26% dan 4,35% setelah pengumuman 512.
  1. Pergerakan Altcoin dan Kapitalisasi Pasar

Selain Bitcoin, pasar altcoin juga merespons positif:

  • Ethereum (ETH) naik 36,19%, XRP 17,75%, dan Solana (SOL) 18,32% dalam sepekan 212.
  • Kapitalisasi pasar kripto global meningkat 1,82% menjadi US3,37triliun:cite[8].Peningkataninididorongolehalirandanainstitusional,termasukinflowUS3,37triliun:cite[8].Peningkataninididorongolehalirandanainstitusional,termasukinflowUS560 juta ke ETF Bitcoin dalam tiga hari 2.

Faktor Pendukung Penguatan Cryptocurrency

  1. Akumulasi oleh Institusi dan Whale

Data dari Material Indicators menunjukkan peningkatan aktivitas akumulasi BTC oleh “whale” (pemegang dompet besar) dengan pesanan US100.000–US100.000–US10 juta. Akumulasi ini sering menjadi sinyal bullish, terutama saat trader ritel mengambil profit 2. Michael Saylor, pendiri MicroStrategy, juga menambah 13.390 BTC senilai US$1,34 miliar, memperkuat kepercayaan institusional 212.

  1. Peran ETF dan Regulasi

ETF Bitcoin Spot terus menarik minat investor dengan total inflow US$40 miliar sejak diluncurkan. Instrumen ini memudahkan eksposur institusi tanpa perlu memegang aset secara langsung 2. Selain itu, perkembangan regulasi pro-kripto di beberapa negara, seperti penerimaan Bitcoin oleh perusahaan seperti Steak ‘n Shake, memperkuat legitimasi aset digital 4.

  1. Tekanan Inflasi dan Kebijakan Moneter

Kesepakatan tarif berpotensi meredam inflasi dengan menstabilkan harga komoditas. Namun, jika Federal Reserve (Fed) merespons dengan menurunkan suku bunga, likuiditas pasar akan meningkat—faktor yang secara historis mendukung kenaikan harga kripto 913.

Tantangan dan Risiko ke Depan

  1. Resistensi Teknis dan Volatilitas

Bitcoin menghadapi resistensi kuat di US109.000,leveltertinggisepanjangmasa(ATH).IndikatorteknissepertiRSIdanMACDmenunjukkankondisioverbought,meningkatkanrisikokoreksijangkapendek:cite[1]:cite[10].Selainitu,volumeperdagangantinggimemperparahvolatilitas,sepertiterlihatdarikoreksiBTCkeUS109.000,leveltertinggisepanjangmasa(ATH).IndikatorteknissepertiRSIdanMACDmenunjukkankondisioverbought,meningkatkanrisikokoreksijangkapendek:cite[1]:cite[10].Selainitu,volumeperdagangantinggimemperparahvolatilitas,sepertiterlihatdarikoreksiBTCkeUS102.818 setelah mencapai puncak US$105.500 14.

  1. Ketidakpastian Kebijakan Lanjutan

Kesepakatan 90 hari bersifat sementara. Jika negosiasi berikutnya gagal, ketegangan dagang dapat kembali memicu pelarian ke aset safe haven atau penurunan aset berisiko. Analis seperti Will Clemente menekankan bahwa momentum Bitcoin bergantung pada kepastian kebijakan 412.

  1. Pengaruh Data Ekonomi Makro

Indikator AS seperti CPI (Consumer Price Index) dan PPI (Producer Price Index) akan memengaruhi keputusan Fed. Jika inflasi AS tetap di atas 3%, Fed mungkin mempertahankan suku bunga tinggi, membebani kripto 13. Data klaim pengangguran yang stabil juga berpotensi menguatkan dolar AS, menekan harga BTC 13.

Proyeksi Jangka Menengah dan Strategi Investor

  1. Skenario Bullish
  • Adopsi Institusional: Jika perusahaan seperti BlackRock atau Fidelity meningkatkan alokasi kripto, kapitalisasi pasar bisa tembus US$4 triliun.
  • Regulasi Global: Kerangka hukum yang jelas di AS, Uni Eropa, atau Tiongkok dapat mengurangi risiko investasi.
  • Teknologi Blockchain: Integrasi DeFi dan tokenisasi aset tradisional akan memperluas utilitas kripto 610.
  1. Skenario Bearish
  • Perang Dagang Kembali Memanas: Tarif di atas 30% oleh AS atau penolakan Tiongkok mematuhi kesepakatan dapat memicu penjualan massal.
  • Kebijakan Moneter Ketat: Fed mungkin menunda pemotongan suku bunga jika inflasi tidak terkendali.
  • Serangan Siber dan Manipulasi Pasar: Kerentanan platform kripto tetap menjadi ancaman 914.
  1. Rekomendasi Strategi
  • Diversifikasi Portofolio: Alokasi 5–10% di BTC dan altcoin dengan fundamental kuat seperti Ethereum.
  • Pemantauan Level Support/Resistensi: Gunakan tools seperti Fibonacci Retracement untuk identifikasi titik entry/exit.
  • Hedging dengan Stablecoin: Alokasi sebagian dana ke USDT atau USDC selama volatilitas tinggi 14.

Kesimpulan

Kesepakatan tarif AS-Tiongkok menjadi katalis penting bagi pasar kripto, mencerminkan interdependensi antara geopolitik dan aset digital. Bitcoin, meski fluktuatif, terus membuktikan ketahanannya sebagai aset hybrid—antara safe haven dan instrumen spekulatif. Namun, investor harus tetap kritis terhadap risiko makroekonomi, dinamika regulasi, dan sinyal teknis. Dalam jangka panjang, adopsi institusional dan inovasi blockchain akan menjadi penentu utama pertumbuhan kripto, terlepas dari gejolak politik jangka pendek.

Daftar Pustaka

  • [1] Pintu.co.id: Dampak Perjanjian Dagang AS-Tiongkok terhadap Emas dan Bitcoin.
  • [2] CNBC Indonesia: Bitcoin Cs Kompak Melesat Usai Perang Tarif AS-China Ditunda.
  • [3] Ragamutama.com: Bitcoin Jadi Aset Safe Haven?
  • [4] Investor.id: Wall Street Melonjak Tajam Pasca Kesepakatan AS-China.
  • [8] Portalkripto.com: Pasar Kripto Kompak Menguat.
  • [9] BeInCrypto: Indikator Ekonomi AS Pengaruhi Kripto.
  • [10] Pintu.co.id: Bitcoin Mendekati Rp1,74 Miliar.

Artikel ini disusun berdasarkan data terbaru per 13 Mei 2025. Informasi lebih lengkap dapat diakses melalui sumber-sumber yang tercantum.

BACA JUGA : Bitcoin Bertahan diatas $100.000 Terbaiknya Sejak 2021

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.